Sabtu, 07 Mei 2016

Asal Mula Ahmadiyah Indonesia (Lanjutan Kisah Sekte Ahmadiyah yang di Pelopori Mirza Ghulam,Ahmad:1839-1908)

Setelah Wafatnya Ahmad Ghulam Mirza, Kelompok Ahmadiyah terbagi menjadi dua : Ahmadiyah Qadiani yang dalam bahasa Urdunya Djamaat-i Ahmadiyah dan Ahmadiyah Lahore dengan nama Ahmadiyah Andjuman Isha'at-i Islam. 

    Pada mula Ahmadiyah Lahore lebih giat melakukan misinya bahkan sampai ke luar India, misalnya ke Inggris, Jerman dan negara-negara lainnya, termasuk Indonesia. Atas usaha Maulwi Muhammad Ali, kelompok ini menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam Bahasa inggris dengan nama The Holy Qur'an (1920) dan tulisan-tulisan lainnya yang di muat dalam jurnal The Region Of Islam (1936). Kedua karya itu kemudian di terjemahkan kembali ke dalam berbagai bahasa Asing, termasuk ke dalam bahasa indonesia.
    
       Kemudian Kelompok Qadiani pun mengadakan Misi dakwah ke berbagai Negara, misalnya Inggris, (Mereka mendirikkan mesjid di London), ke Afrika bagian Barat, ke Eropa Daratan dan ke Amerika Serikat. Mirza Basiruddin Mahmud Ahmad juga menulis karangannya dalam bahasa urdu kemudian di Terjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dengan judul Ahmadiyah or The true Islam (Ahmadiyah atau Islam yang Sejati), di Terbitkan di Qadian tahun 1924. Publikasi besar mereka berupa ensiklopedi berjudul 8500 Precious Gems For World's Best Literature (8500 Mutiara Berharga Literatur Terbaik di Dunia), berisikan kutipan-kutipan Literatur Klasik maupun Moderen, dari kalangan islam maupun non-islam tentang agama dan Moral yang di susun secara Alfabetis. Kelompok Qadiani juga menyebarkan terjemahan Al-Qur'an Versi mereka.
       
      Pada tahun 1947, Ahmadiyah Qadiani mendapat kesulitan ketika ada penentuan Batas antara india dan Pakistan yang pada tahun itu sama-sama merdeka. Qadiani menjadi bagian dari India padahal mereka memilih Pakistan sebagai Negara mereka. Akhirnya mereka memindahkan pusat Kegiatan Mereka ke Rabwah Pakistan.

      Ahmadiyah Qadiani, Masuk ke Indonesia pada tahun 1925, di bawah oleh Rahmat Ali, ahli Dakwah Ahmadiyah. Mula-mula ia tinggal di Tapaktuan (aceh), kemudian di Padang tahun 1930, dan Akhirnya Jakarta. Ajarannya banyak mendapat tantangan. Serangan paling Keras bagi rahmat Ali datang dari *Ahmad Hasan, tokoh pembaru islam di Bandung. Mereka berdebat secara terbuka pada tahun 1933 di bandung dan 1934 di Jakarta mengenai beberapa ayat Al-Qur'an (terutama surat Ali 'Imran ayat 55 yang menjadi dasar kepercayaan Ahmadiyah tentang Yesus) dan Hadist.

       Walaupun mendapat banyak tantangan, gerakan ini tumbuh terus. Untuk menyebarkan Ajarannya, mereka mempunyai 6 mubalig dari India dan Pakistan serta 10 Mubalig dari Indonesia. Dakwahnya tersebar di jawa, Sumatera, dan Sulawesi (Terutama ujung pandang dan Gorontalo). Ajaran-ajaran Ahmadiyah juga di sebarkan melalui penerbitan buku-buku berbahasa Indonesia, seperti Nabi Isa AS dengan Salib (1938). Kebenaran Nabi Al-masih Achir Zaman (1947), Koeboeran Al-masih Israili (1948), dan Mi'raj Nabi Muhammad dan Jihad dalam Islam (1949). Pada tahun 1947 juga di terbitkan terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia.

      Ajaran Ahmadiyah Lahore dibawah ke Indonesia oleh Mirza Wali Ahmad Baig dan Maulana Ahmad pada Tahun 1924. Kedua mubalig ini pertama kali tinggal di Yogyakarta, Maulana Ahmad kemudian kembali ke Lahore, tetapi Mirza Wali Ahmad Baigh tetap tinggal di Pulau Jawa hingga tahun 1936. Dialah yang dianggap berjasa menyebarkan Ahmadiyah Lahore di Indonesia.
    
      Semula Mirza wali di kenal sebagai Guru Bahasa Arab yang memakai Buku pegangan berbahasa inggris. Pengajarannya bertujuan untuk memami Al-Qur'an. Teman Akrabnya Mas Ngabehi Joyosugito, guru di Purwokerto, mendirikkan GerakanAhmadiyah Indonesia. Pada Akhir tahun 1930 jumlah anggotanya Lebih dari 170 orang dengan cabang-cabang di Purbolinggo menjadi pusatnya. Mirza wali berpindah ke Kota ini, menghindari serangan yang makin banyak di Yogyakarta.

   Dalam mengajar, Mirza wali berpegang pada terjemahan Al-Qur'an berbahasa Belanda oleh Soedewo yang terbit di Jakarta Tahun 1934. Sumber terjemahan ini adalah Terjemahan Al-Qur'an dan dalam bahasa inggris oleh Maulwi Muhammad Ali. Terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa belanda ini menarik perhatian banyak orang, terutama kaum muslimin indonesia, yang terpelajar karena mampu memenuhi kebutuhan untuk belajar memahami Al-Qur'an tanpa harus belajar bahasa Arab sebelumnya. Terjemahan ini mendapat sorotan Kaum Ortodoks, karena isinya di nilai banyak menyimpan. Dalam kitab ini antara lain di katakan bahwa mikraj Nabi Muhammad SAW adalah khayalan.

       Sebelumnya, karya Maulwi Muhammad Ali dan dalam bahasa Inggris telah di Terjemahkan ke dalam Bahasa Melayu oleh H. Oemar Said *Tjokroaminoto dan *Agus Salim, namun tidak pernah selesai. Kongres Majelis Ulama Indonesia di kediri pada Tahun 1928 membicarakan terjemahan ini karena guru-guru agama Suku Jawa yang ortodoks menilai isinya memberi tafsir Baru.

       Pada tahun 1938 Gerakan Ahmadiyah Indonesia menerbitkan Karya  Maulwi Muhammad Ali yang lain, De religie van de Islam,  Yang juga di terjemahkan oleh Soedewo. Buku yang bertujuan membela Ajaran Ahmadiyah ini membuat Uraian tentang sumber, dasar, hukum dan peraturan agama Islam. Ketika buku ini terbit, Mirza Wali sudah kembali ke Lahore. Tetapi penerbitan buku ini telah lama di persiapkan olehnya. Gerakan Ahmadiyah Lahore di Indonesia tidak sebanyak pengikut Qadiani.
          Kegiatan Ahmadiyah di Indonesia diatur oleh Pengurus besarnya yang berkantor di Jalan Balikpapan, Jakarta dan pada Tahun 1990 pindah ke Parung (Bogor). Anggotanya tersebar di jawa dan memiliki beberapa lembaga pendidikan/keagamaan, hingga sekarang Gerakan Ahmadiyah masih terus berlanjut!

     Demikianlah sepintas Catatan yang di Kutip dari Ensiklopedi Islam, semoga bisa berguna dan menjadi referensi bagi yang ingin menelusuri asal mula Gerakan Ahmadiyah masuk ke Indonesia!

Jumat, 06 Mei 2016

ISRA WAL MIRAJ NABI MUHAMMAD SAW

"INILAH BUKTI KEBENARAN ISRA MI'RAJ"

Perjalanan isra’ mi’raj juga merupakan perjalanan yang sangat dahsyat dan ajaib, dikarenakan atas kehendak Allah dan Rasulullah SAW hanya diperjalankan saja, bukan melakukan perjalanan sendiri.Jadi informasi ini bersumber dari pkspiyungan dan iqbalsarayulusnuh semoga dengan artikel bermanfaat buat kita semua.
Firman Allah dalam surat Al-Israa’ ayat 1 telah menyatakan hal tersebut:
 
"Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui."

     Dari semua peristiwa isra’ mi’raj tersebut, pada zaman sekarang bahwa penemuan-penemuan, penelitian-penelitian, fakta-fakta imiah, dan ilmu pengetahuan serta teknologi modern sudah bisa membuktikan dan menemukan kebenaran peristiwa isra’ mi’raj tersebut.

     Allah Maha Berkehandak, sehingga mampu menghendaki siapapun saja yang dikehendakinya. Seperti peristiwa isra’ mi’raj ini yang merupakan kehendak dari Allah SWT, Rasulullah hanya diperjalankan saja tidak malakukan perjalanan sendiri.

       Perjalanan isra' menggunakan kecepatan cahaya yang kecepatannya sekitar 300.000 km/s. Bukan perjalanan biasa. Isra’ jika dilakukan dengan perjalanan biasa maka akan menempuh waktu yang sangat lama, karena jarak antara kedua kota Mekkah dan Yerussalem sangat jauh. Sedangkan mi’raj adalah bukan perjalanan luar angkasa melainkan perjalanan menembus batas dimensi, jika dilakukan dengan perjalanan luar angkasa maka akan menempuh waktu yang sangat lama pula. Bahwa untuk menempuh bintang terdekat dari bumi saja dan bahkan menggunakan pesawat ulang-alik yang merupakan pesawat tercepat di dunia, maka akan menempuh waktu kurang lebih 428 tahun. Waktu itu tidak cukup bagi umur kehidupan kita yang hanya berkisar kurang lebih maksimal 100 tahun saja.
Sebelum berangkat untuk diperjalankan dari peristiwa isra’ mi’raj, hati Rasulullah dibelah dan dioperasi dengan sinar laser oleh Malaikat Jibril. Setelah itu diletakkan di penampan emas dan disucikan dengan air zam-zam.

     Diletakkan di penampan emas karena emas merupakan logam mulia dan superkonduktor yang memiliki hambatan sangat rendah sekali.

     Disucikan dengan air zam-zam karena air ini sangat mulia dan sangat bagus kualitasnya. Kandungan molekul-molekulnya sangat bagus karena berisikan energi doa dan dzikir para Nabi dan Rasul. Penelitian ilmiah di Jepang saat ini membuktikan bahwa air yang dikasih ucapan kata-kata positif dan bagus, maka molekul-molekul air tersebut akan berubah menjadi sangat bagus dan sebaliknya.

     Badan Rasulullah diubah menjadi badan cahaya karena akan menempuh perjalanan yang sangat cepat. Jika tidak diubah menjadi badan cahaya, maka badan Rasulullah akan hancur tercerai berai karena ikatan atom dan molekul akan lepas.

Sepintas Kisah Ahmad, Mirza Ghulam (Qadian, India 1255 H/1839 M-Qadian, 24 Rabiulakhir 1326/26 Mei 1908)

AHMAD, MIRZA GHULAM. 

      Pendiri dan pemimpin gerakan *Ahmadiyah yang berpusat mula-mula di Qadian, Gurdaspur (India). Pemikiran-pemikiran dalam bidang agama menjadi sekter Ahmadiyah. Para Pengikutnya dari kelompok Qadiani menganggapnya nabi, sedangkan kelompok Lahore menganggapnya mujadid (pembaru). Gelar "Mirza" menunjukkan bahwa dia termasuk keluarga bangsawan keturunan Dinasti *Mogul. Nenek moyangnya mempunyai hubungan keluarga dengan Zahiruddin Muhammad Babur, pendiri Dinasti Mogul (1526-1530). Ayahnya adalah Hakim Pemerintahan Kolonial Inggris di India.

         Semasa Kecil ahmad mendapat pendidikan agama secara tradisional dari keluarganya. Ia juga belajar bahasa Arab dan Persia. ia senang melakukan Meditasi sejak usia Muda. dalam keadaan seperti itu ia mengaku sering mendapat petunjuk langsung dari Allah SWT, seperti mendapat *Makhrifat dalam Dunia Sufi, tetapi ia sendiri tidak pernah di Kenal sebagai sufi atau murid dari seorang Guru Sufi. ketika berusia 40 Tahun (1880), ia menulis buku 'Baraahiin-i Ahmadiyah' (Argumentasi-argumentasi Ahmadiyah) yang berisi, Antara lain pengakuan dirinya sebagai Seorang al-Mahdi.

         Pada masa mudanya Ahmad pernah tinggal di Sialkot (india), mengikuti ayahnya yang sedang menyelesaikan perkara tanah. Disinilah ia berkenalan dengan orang-orang Kristen, mempelajari kitab sucinya, Injil dan menyaksikan langsung betapa Gencarnya misi Kristenisasi. Di tempat ini pula ia membaca komentar-komentar Sir Sayid* Ahmad Khan, antara lain mengenai Genesis dan Tafsir Al-Qur'an. Ahmad kemudian mengkritik Tafsir Al-Qur'an tersebut karena ia memandang Tafsir itu menggunakan pendekatan Naturalistik (hukum alam, misalnya malaikat di tafsirkan sebagai fungsi hukum alam). Menurutnya tulisan-tulisan Ahmad Khan terlalu apologetik dan membanggakan kejayaan yang masa lampau, padahal yang harus di hadapi adalah keadaan objektif masa kini.

     Ketika ayahnya wafat pada tahun 1876, Ahmad kembali ke Qadian, mengurus tanah milik keluarganya dan meneruskan kebiasaan lamanya, yaitu meditasi. Tahun 1877, di Punjab (India) ia menyaksikan kebangkitan Arya Samaj dan Brahma Samaj, yaitu Gerakan kesadaran umat Hindu. Peristiwa yang di saksikannya di Sialkot dan Punjab menimbulkan semangat Ahmad untuk membangkitkan suatu gerakan dalam Islam.

     Pada tanggal 4 Maret 1889, Ahmad mengumumkan bahwa dirinya menerima wahyu langsung dari Allah SWT yang menunjuk dirinya sebagai al-Mahdi dan memberi petunjuk agar manusia melakukan baiat kepadanya. Baiat pertama di lakukan oleh 20 orang pengikutnya di Laudiana, dekat Qadian, India. salah seorang di antara mereka adalah Maulwi (gelar Kehormatan:paduka/yang mulia) Nuruddin, yang kelak menjadi Khalifa pertama sepeninggalan Ahmad.

       Pada tanggal 1891, Ahmad membuat pengakuan yang menghebohkan. ia mengaku sebagai al-Masih al-Mau'ud (Al-masih yang di janjikan). Dengan pengakuan dirinya sebagai Al-Mahdi dan al-Masih al-mau'ud, Ahmad seakan-akan hendak menjembatani ajaran Kristen dan Islam.

    Sebagai orang Islam, Ahmad Mengakui kerasulan Muhammad SAW. sementara ia tetap berpendapat bahwa Yesus Kristus (dalam  agama Islam di sebut Isa al-masih) tidak meninggal di tiang salib karena segera di tolong dan di rawat oleh pengikutinya. Yesus kemudian mengadakan perjalanan ke TImur dan hidup sebagaimana layakanya manusia biasa hingga akhirnya menetap dan wafat di Kashmir, India. Kuburuannya sekarang terdapat di Khan Yar, Sri Nagar India. Para pengikut Ahmad membuat teori dengan pembuktian ilmiah untuk memperkuat pendapatnya tersebut.

     Pemikiran-pemikiran Ahmad di tentang oleh para ulama, terutama ulama "Suni, seperti Abdul Haqq al-Gaznawi (seorang Maulwi Amritsar), Muhammad Husain (Tokoh Ahlulhadis dari Batala), dan Mullah Muhammad Bakhs (Ulama dari Lahore). Perdebatan di antara mereka tidak hanya dalam persoalan Agama, tetapi meluas ke masalah Politik.  Ahmad, sebagaimana Ahmad Khan, berpendapat bahwa jika umat Islam India ingin maju harus bersatu dengan Inggris. Adapun ulama-ulama lain berpendapat bahwa Inggris adalah penjajah, Kafir dan harus di usir dari India.

     Buku - buku yang pernah di tulis Ahmad kemudian menjadi pegangan sekte Ahmadiyah. karya-karyanya tersebut ialah Baraahiin-i-Ahmadiyah, Fath-i Ilam (Penakluk Islam), Masiih Hindustan Man (Seorang Hindustan yang Suci), Khasyiful Ghitaa (Tersingkapnya Penutup), Izala-i Ahwam, Mawahib ar-Rahman (pemberian Tuhan), Haqiiqat al-wahyi (Hakikat wahyu), dan al-Wasiyah (Wasiat). Demikian pula dengan artikel-artikelnya dalam harian al-Hakam.

        Sepeninggalan Ahmad, Kepemimpinan kelompok ini di pegang oleh Maulwi Nuruddin sebagai Khalifa Pertama. Ketika ia meninggal pada tahun 1914, Kepemimpinan di pegang oleh Mirza Basiruddin Mahmud Ahmad, putra Ahmad, sebagai Khalifah kedua yang berkedudukan di Qadian. Kelompok inilah yang menganggap Ahmad sebagai nabi. Adapun kelompok pengikutnya yang di pimpin Kwaja Kamaluddin  dan Maulwi Muhammad Ali hanya menganggapnya sebagai seorang mujadid (pembaru). Karena itu mereka memisahkan diri dan memusatkan kegiatan di Lahore.

        Konferensi Organisasi-organisasi Islam se-Dunia pada tanggal 6-10 April 1974, di bawah anjuran *Rabitah al-Alam al-Islami, merekomendasikan antara lain: (1) Setiap Lembaga Islam Harus melokalisasikan kegiatan Kelompok Qadiani dalam tempat Ibadah, sekolah, panti dan semua tempat kegiatan mereka yang destruktif; (2) Menyatakan Sekte Ahmadiyah Kafir dan Keluar dari Islam; (3) Memutuskan segala Hubungan Bisnis dan Melaksanakan pemboikotan ekonomi, sosial dan budaya terhadap mereka; (4) Mendesak pemerintah-pemerintah Islam untuk melarang setiap kegiatan pengikut Mirza Ghulam Ahmad dan menganggap mereka sebagai minoritas non-Islam serta melarang mereka memangku jabatan yang penting dalam Negara; (5) Menyiarkan salinan semua penerbitan yang dijadikan sekte sebagai tempat penyelewengan ayat-ayat Al-Qur'an; dan (6) Semua golongan yang menyelewengkan Islam di perlakukan sama seperti Qadiani.

      Pada tanggal 29 Mei 1974, pengikut Mirza Ghulam Ahmad di bawah Pimpinan Mirza Basiruddin Mahmud Ahmad yang berjumlah 3.000 orang menyerbu kereta Api dari Peshawar ke Karachi dari stasiun Rabwah dan membantai penumpangnya, antara lain 170 mahasiswa Fakultas Kedokteran Nisytar di Multan. sebagian besar mahasiswa itu adalah pendukung Islam Jam'iyah at-Talabah. peristiwa ini menggemparkan Umat Islam seluruh Dunia.


     Demikianlah sepintas kisah Mirza Ghulam Ahmad, dan Asal mula sekte Ahmadiyah! semoga para pembaca di berikan kesadaran dan pemahaman yang mendalam tentang Islam yang baik dan menjauhkan diri dari ajaran Kelompok atau Golongan yang menyelewengkan Islam dan tetap berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Hadist!