Pada mula Ahmadiyah Lahore lebih giat melakukan misinya bahkan sampai ke luar India, misalnya ke Inggris, Jerman dan negara-negara lainnya, termasuk Indonesia. Atas usaha Maulwi Muhammad Ali, kelompok ini menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam Bahasa inggris dengan nama The Holy Qur'an (1920) dan tulisan-tulisan lainnya yang di muat dalam jurnal The Region Of Islam (1936). Kedua karya itu kemudian di terjemahkan kembali ke dalam berbagai bahasa Asing, termasuk ke dalam bahasa indonesia.
Kemudian Kelompok Qadiani pun mengadakan Misi dakwah ke berbagai Negara, misalnya Inggris, (Mereka mendirikkan mesjid di London), ke Afrika bagian Barat, ke Eropa Daratan dan ke Amerika Serikat. Mirza Basiruddin Mahmud Ahmad juga menulis karangannya dalam bahasa urdu kemudian di Terjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dengan judul Ahmadiyah or The true Islam (Ahmadiyah atau Islam yang Sejati), di Terbitkan di Qadian tahun 1924. Publikasi besar mereka berupa ensiklopedi berjudul 8500 Precious Gems For World's Best Literature (8500 Mutiara Berharga Literatur Terbaik di Dunia), berisikan kutipan-kutipan Literatur Klasik maupun Moderen, dari kalangan islam maupun non-islam tentang agama dan Moral yang di susun secara Alfabetis. Kelompok Qadiani juga menyebarkan terjemahan Al-Qur'an Versi mereka.
Pada tahun 1947, Ahmadiyah Qadiani mendapat kesulitan ketika ada penentuan Batas antara india dan Pakistan yang pada tahun itu sama-sama merdeka. Qadiani menjadi bagian dari India padahal mereka memilih Pakistan sebagai Negara mereka. Akhirnya mereka memindahkan pusat Kegiatan Mereka ke Rabwah Pakistan.
Ahmadiyah Qadiani, Masuk ke Indonesia pada tahun 1925, di bawah oleh Rahmat Ali, ahli Dakwah Ahmadiyah. Mula-mula ia tinggal di Tapaktuan (aceh), kemudian di Padang tahun 1930, dan Akhirnya Jakarta. Ajarannya banyak mendapat tantangan. Serangan paling Keras bagi rahmat Ali datang dari *Ahmad Hasan, tokoh pembaru islam di Bandung. Mereka berdebat secara terbuka pada tahun 1933 di bandung dan 1934 di Jakarta mengenai beberapa ayat Al-Qur'an (terutama surat Ali 'Imran ayat 55 yang menjadi dasar kepercayaan Ahmadiyah tentang Yesus) dan Hadist.
Walaupun mendapat banyak tantangan, gerakan ini tumbuh terus. Untuk menyebarkan Ajarannya, mereka mempunyai 6 mubalig dari India dan Pakistan serta 10 Mubalig dari Indonesia. Dakwahnya tersebar di jawa, Sumatera, dan Sulawesi (Terutama ujung pandang dan Gorontalo). Ajaran-ajaran Ahmadiyah juga di sebarkan melalui penerbitan buku-buku berbahasa Indonesia, seperti Nabi Isa AS dengan Salib (1938). Kebenaran Nabi Al-masih Achir Zaman (1947), Koeboeran Al-masih Israili (1948), dan Mi'raj Nabi Muhammad dan Jihad dalam Islam (1949). Pada tahun 1947 juga di terbitkan terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia.
Ajaran Ahmadiyah Lahore dibawah ke Indonesia oleh Mirza Wali Ahmad Baig dan Maulana Ahmad pada Tahun 1924. Kedua mubalig ini pertama kali tinggal di Yogyakarta, Maulana Ahmad kemudian kembali ke Lahore, tetapi Mirza Wali Ahmad Baigh tetap tinggal di Pulau Jawa hingga tahun 1936. Dialah yang dianggap berjasa menyebarkan Ahmadiyah Lahore di Indonesia.
Semula Mirza wali di kenal sebagai Guru Bahasa Arab yang memakai Buku pegangan berbahasa inggris. Pengajarannya bertujuan untuk memami Al-Qur'an. Teman Akrabnya Mas Ngabehi Joyosugito, guru di Purwokerto, mendirikkan GerakanAhmadiyah Indonesia. Pada Akhir tahun 1930 jumlah anggotanya Lebih dari 170 orang dengan cabang-cabang di Purbolinggo menjadi pusatnya. Mirza wali berpindah ke Kota ini, menghindari serangan yang makin banyak di Yogyakarta.
Dalam mengajar, Mirza wali berpegang pada terjemahan Al-Qur'an berbahasa Belanda oleh Soedewo yang terbit di Jakarta Tahun 1934. Sumber terjemahan ini adalah Terjemahan Al-Qur'an dan dalam bahasa inggris oleh Maulwi Muhammad Ali. Terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa belanda ini menarik perhatian banyak orang, terutama kaum muslimin indonesia, yang terpelajar karena mampu memenuhi kebutuhan untuk belajar memahami Al-Qur'an tanpa harus belajar bahasa Arab sebelumnya. Terjemahan ini mendapat sorotan Kaum Ortodoks, karena isinya di nilai banyak menyimpan. Dalam kitab ini antara lain di katakan bahwa mikraj Nabi Muhammad SAW adalah khayalan.
Sebelumnya, karya Maulwi Muhammad Ali dan dalam bahasa Inggris telah di Terjemahkan ke dalam Bahasa Melayu oleh H. Oemar Said *Tjokroaminoto dan *Agus Salim, namun tidak pernah selesai. Kongres Majelis Ulama Indonesia di kediri pada Tahun 1928 membicarakan terjemahan ini karena guru-guru agama Suku Jawa yang ortodoks menilai isinya memberi tafsir Baru.
Pada tahun 1938 Gerakan Ahmadiyah Indonesia menerbitkan Karya Maulwi Muhammad Ali yang lain, De religie van de Islam, Yang juga di terjemahkan oleh Soedewo. Buku yang bertujuan membela Ajaran Ahmadiyah ini membuat Uraian tentang sumber, dasar, hukum dan peraturan agama Islam. Ketika buku ini terbit, Mirza Wali sudah kembali ke Lahore. Tetapi penerbitan buku ini telah lama di persiapkan olehnya. Gerakan Ahmadiyah Lahore di Indonesia tidak sebanyak pengikut Qadiani.
Kegiatan Ahmadiyah di Indonesia diatur oleh Pengurus besarnya yang berkantor di Jalan Balikpapan, Jakarta dan pada Tahun 1990 pindah ke Parung (Bogor). Anggotanya tersebar di jawa dan memiliki beberapa lembaga pendidikan/keagamaan, hingga sekarang Gerakan Ahmadiyah masih terus berlanjut!
Demikianlah sepintas Catatan yang di Kutip dari Ensiklopedi Islam, semoga bisa berguna dan menjadi referensi bagi yang ingin menelusuri asal mula Gerakan Ahmadiyah masuk ke Indonesia!